Mukadimah Majelis Masyarakat Maiyah Waro’ Kaprawiran
Edisi Februari 2020
Dahulu saat uang belum ditemukan manusia menggunakan system barter dalam proses tukar menukar barang yang dibutuhkan, jika pada masa tersebut tiba-tiba ada orang yang membawa kertas (uang) dan meminta untuk ditukar dengan suatu barang tentu saja tidak ada yang mau menerimanya. Karena pada saat itu kompleksitasnya belum cukup untuk memahami nilai dari kertas (uang) tersebut.  Seiring dengan perkembangan peradaban pada masa itu, muncul ketidakpuasan karena sulit untuk menentukan bahwa apakah barang yang akan ditukar bernilai sama. Selain itu, sulit juga untuk menemukan orang yang memiliki barang yang dibutuhkan dan bersedia menukarkannya. Hingga dibutuhkan suatu alat yang bisa menjadi penukar barang dan bernilai sama. Ini mengapa  Setiap komlpeksitas memerlukan jawaban yang lebih kompleks dari pada sebelumnya. Seperti halnya uang yang menjadi jawaban dari kompleksitas masa sebelumnya. Sekarang peradaban kita berada dalam kondisi tingkat kompleksitas yang cukup tinggi dan tidak bisa dijawab dengan hipotesis sebelumnya, sehingga muncul keresahan dan menemui titik nadir, Karena komplksitas saat ini tidak bisa dijawab dengan cara-cara sebelumnya, Salah satu contohnya  jumlah komoditi yang di jual belikan di dunia ini jenisnya ada sekitar 10 milyar lebih dan itu lebih banyak dari pada jumlah penduduk di dunia, bisa dibayangkan begitu komlpeksnya untuk mengatur hal tersebut.
Belum lagi sitem jual beli yang bisa dilakukan langsung dari produsen ke konsumen, berapa banyak perantara yang sudah terpotong, berapa banyak toko yang sudah gulung tikar karena kalah bersaing. hal inilah yang menjadi awal munculnya strategi-strategi penjual untuk memikat pembelinya. mulai dari diskon gede-gedean hingga yang sedang ngetren saat ini yaitu CASH BACK.  Secara sederhana, cash back dapat diartikan sebagai pengembalian tunai. Dan dalam pengertian yang lebih luas, cash back merupakan penawaran yang diberikan kepada konsumen dalam bentuk persentase pengembalian uang tunai atau uang virtual atau berupa suatu produk dengan persyaratan memenuhi minimal pembelian yang ditentukan. Namun pada dasarnya cash back adalah salah satu strategi penjual untuk menarik sebanyak mungkin pelangganya.
Dalam kehidupan beragama terkadang adakalanya cash back diartikan sebagai Pahala rizki, ataupun surga. Namun apakah manusia itu bisa disebut pelanggan dan Tuhan itu penyedianya? Lalu jika sebagai pelanggan Tuhan apakah kita mesti meghintung laba untung dan rugi?. Pernah dalam suatu forum sinau bareng Simbah berkata “satu-satunya urusan manusia dengan Allah adalah Usrusan Cinta” iya urusan cinta bukan hitung-hitungan pahala dan dosa, kemudian beliau juga mengilustrasikan Seakan-akan Tuhan Yang Maha Esa hadir sendiri dan berkata lembut:  an la tuhasibNii wa la uhasibtum. Mari sini Kudekap, tak usah menghitung-hitung pahala-Ku, supaya tak Kuhitung-hitung pula dosamu.”
Semua kompleksitas yang saat ini terjadi adalah wahana untuk kita cari solusi-solusi yang lebih compatible keadaan zaman, dengan harapan mencari jawaban dari kompleksitas kehidupan ini kami mengajak dulur-dulur semua untuk melingkar bersama, menata hati, menjernihkan fikiran, bersama-sama menemukan jawaban dengan mengusung tema “CASH BACK”. Tanpa menghitung-hitung laba dan rugi mari kita gapai Cinta Kepada Sang Ilahi, di hari-hari yang penuh Kasih ini.