يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Q.S. Al-baqarah 183)
Pasca pesta demokrasi, kita akan menyambut datangnya bulan Suci Ramadhan atau bulan Puasa. Setiap  bulan Puasa, sering kita mendengar saat Puasa banyak pelipatan pahala pada setiap ibadah, sehingga kita jadi lebih mempersiapkan bekal ketahanan fisik dan lain sebagainya dibandingkan mempersiapkan Hati, Fikiran dan Ucapan selama Puasa. Ada yang unik setiap bulan puasa, setiap jam sahur selalu ada suara atau pertanda Imsak... imsak...!!!. Dibeberapa daerah di Indonesia suara Imsak tersebut hingga kini masih terdengar beberapa saat sebelum adzan subuh dari masjid-masjid dan musholla-mushola setempat, sebagai pengingat bahwa telah masuk waktu imsak.
Menurut bahasa Imsak yakni waktu menahan diri dari berbagai hal yang dapat membatalkan Puasa, dari terbitnya Fajar sampai terbenamnya Matahari atau waktu Berbuka. Dalam hal menaham bukan hanya sekedar makan dan minum, namun  juga menahan amarah atau emosi, bilamana amarah  dan emosi tidak terkendali bisa mengurangi pahala bahkan sampai bisa membatalkan Puasa kita.
Secara bahasa shiyam atau shaum berasal dari bahasa arab yang artinya menahan, mengendalikan dan meninggalkan. Puasa yang diperintahkan kepada kita menggunakan kata shiyam, yang artinya menahan perut dan di bawah perut: puasa dari makan, minum, bersetubuh dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan Shaum sendiri memiliki makna menahan diri tidak berbicara karena ketiadaan manfaat pembicaraan itu. Contohnya berbicar kotor, dusta, memfitnah, hoax dan memecah belah. Maka dari itu hakikat puasa yang sebenarnya dan disyariatkan islam mencakup pengertian shiyam dan shaum bertumpu pada menahan, mengendalikan diri dan menahan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya.
Masyarakat muslim, khusunya di Indonesia memiliki keindahan tersendiri dalam merayakan bulan Puasa. Mereka merayakan bulan puasa dengan  riuh rendah gegap gempita yang justru dapat mengurangi esensi Puasa itu sendiri. Menurut Mbah Nun "Puasa  adalah Latihan nge-Gas dan nge-Rem yang merupakan bulan pelatihan dalam hal menahan, mengendalikan diri, dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat guna menjadi bekal "bertanding" di sebelas bulan berikutnya".  Marilah kita belajar bareng, bersiap menata Jasmani dan Rohani untuk memasuki bulan pelatihan.