Reportase Majelis Masyarakat Maiyah Waro' Kaprawiran, 20 April 2019

Rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Waro' Kaprawiran Ponorogo dengan Tema MEGENGAN bertempat di Halaman Studio KIU Jl. Ponorogo-Solo KM. 8, Kauman Somoroto, Ponorogo. Acara kemarin malam bertepatan dengan Malam Padang Mbulan dan Malam Nisfu Sya'ban. Tidak lama lagi kita akan masuk Bulan Ramadhan, sehingga Tema yang diambil adalah MEGENGAN, banyak yang mengartikan dengan Meng-Ageng-ageng akan datangnya Bulan Suci Ramadhan, itu bagus dan perlu dilestarikan juga, namun sebenarnya secara Arti Bahasa Megeng adalah Menahan atau Ngempet. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang penuh dengan Pelampiasan, sudah selayaknya kita sinau "Ngempet" mengendapkan hati dan fikiran untuk intospeksi dan saling mengingatkan dalam Kebaikan. Sebaiknya tidak hanya setiap akan datangnya bulan Puasa, tapi setiap hari dan setiap saat kita terus Sinau MEGENGAN atau "Ngempet", seperti yang telah dicontohkan oleh Mbah-mbah sampai Nabi dan Rasulullah. 

Acara dibuka oleh Mas Koko dengan membaca Al-Fatihah bersama-sama, Alhamdulillah malam itu kita masih diperjalankan dan dipertemukan dalam acara rutinan Waro' Kaprawiran. Setelah dibuka dengan Al-Fatihah bersama-sama, mas koko menceritakan acara Ajibah Maiyah yang terlaksanan tanggal 14 April kemarin di Jombang, Lagi-lagi Alhamdulillah, kemarin acara Ajibah Maiyah berjalan lancar dan dihadiri banyak sesepuh (kamituwo) Maiyah. Ajibah artinya keajaiban-keajaiban Maiyah, jadi inti acara tersebut adalah Syukuran, bersyukur nikmat Maiyah Allah dan nikmat pasuduluran Maiyah.
Sudah sepekan ini, kita sebagai Bangsa Indonesia sedang mengadakan pesta Demokrasi besar-besaran, untuk menentukan siapa yang akan mewakili rakyat dan memimpin negara ini 5 tahun kedepan. Yang kita pahami sejak dulu adalah yang namanyanya menang adalah mengalahkan lawanya meskipun diperoleh dengan melemahkan ataupun menjatuhkan pihak yang kalah. Dalam hal ini kami mencoba mengajak sedulur semua untuk meminggirkan sejenak urusan kalah dan menang, sebab kehidupan ini sangat luas, bukan hanya urusan kalah dan menang. Melihat momentum saat ini, mestinya kita memasuki pada tahap “Menahan” menahan dari uforia kemenangan yang berlebihan dan kesedihan kekalahan yang menyakitkan, karena perjalanan panjang bangsa ini masih terus akan berlanjut.

Mini Kiai Iket Udheng (KIU) membawakan Hasbunallah wa Ni'mal Wakil, Ni'mal Maula wa Ni'nam Nasir. Setelah membawakan Hasbunallah bersama-sama, untuk "mbeber kloso" malam ini dengan memaknai Hasbunallah wa ni'mal wakil, Ada Jama'ah yang mengartikan Hasbunallah itu "cukuplah Allah bagi kita", "cukup Allah wakil kita", "cukup Allah sandaran kita". Selanjutnya Mas Khoirun diminta Tartil Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh ayat 249 kemudian kita Mentadaburinya bersama-sama yang artinya: Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar". 
Mas Hamid mentadabburi surat tersebut dengan "ngempet" dengan bercerita Nabi-nabi dengan pengalaman "Ngempet" nya mulai Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW, Kita dapat mengambil hikmah dari Nabi Adam tidak dapat "Ngempet" akhirnya diturunkan ke bumi, Nabi Musa tidak dapat Ngempet Akhirnya ditinggalkan Nabi Khidir dsb. Menurut Mas Hamid, dipikir-pikir "Urip mung mampir Ngempet". Selanjutnya Mas Najih, salah satu Intelektual Muda Ponorogo ikut bercerita pengalamannya tentang "Ngempet". Mas Najih ini saat ini sedang ikut Kompetisi Pemuda se-Jawa Timur untuk dikirim belajar singkat ke Luar Negeri, kemudian Alhamdulillah Lolos. Menurut Mas Najih, salah satu triknya Lolos adalah dengan "Ngempet". Tidak perlu menonjol-nonjolkan diri. Selanjutnya Mbah Langgeng yang telah banyak pengalaman, sedikit bercerita pengalaman tentang "Ngempet".

Rutinan malam itu Alhamdulillah dihadiri banyak para wanita, salah satunya Mbak Kaka, beliau adalah Penari sufi yang kemudian ikut sinau Megengan, Mbak Kaka menyampaikan bahwa tari sufi pertama kali oleh Abu Bakar Ashiddiq, Banyak yang tahu tari sufi ditemukan oleh maulana jalaluddin rumi, tapi sebenarnya adalah sahabat Abu Bakar. tentunya itu menjadi pengetahuan baru bagi kita dan semoga bermanfaat. cara ditutup dengan Do'a, semoga diperjalankan dan dipertemukan lagi di rutinan berikutnya. Amin (GAB)